RSS

Kalimat Efektif Dalam Bahasa Indonesia

Kalimat Efektif Dalam Bahasa Indonesia

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan penulis baik lisan dan tulisan selain itu dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca atau pendegarnya.

Syarat-syarat kalimat efektif adalah :

1. KESATUAN GAGASAN

Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.

Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.

Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung
subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).

2. KESEJAJARAN

Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.

Kalimat itu harus diubah :

1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. KEHEMATAN

Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.

Buah-buah pisang, nangka, dan anggur sangat disukainya.

Pemakaian kata buah-buah dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata pisang, nangka, dan anggur terkandung makna buah.

Kalimat yang benar adalah:

Pisang,nangka,dan anggur sangat disukainya.

4. PENEKANAN

Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.

Caranya:

• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.

Contoh :

1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.

Contoh :

1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?

• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :

Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.

Contoh :

1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. KELOGISAN

Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh :

Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat

1.    kontaminasi= merancukan 2 struktur benar  1 struktur salah

contoh:
-      diperlebar, dilebarkan  diperlebarkan (salah)
-      memperkuat, menguatkan  memperkuatkan (salah)
-      sangat baik, baik sekali  sangat baik sekali (salah)
-      saling memukul, pukul-memukul  saling pukul-memukul (salah)
-      Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni  Sekolah mengadakan pentas seni (salah)

2.    pleonasme= berlebihan, tumpang tindih

contoh:
-      para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
-      para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
-      banyak siswa-siswa (banyak siswa)
-      saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
-      agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
-      disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)

3.    tidak memiliki subjek

contoh:
-      Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
-      Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
-      Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)

4.    adanya kata depan yang tidak perlu

Contoh:
-      Perkembangan  daripada teknologi informasi sangat pesat.
-      Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR.
-      Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.

5.    salah nalar

-      Waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
-      Vespa Pak Erwin mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
-      Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
-      Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
-      Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
-      Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
-      Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)

6.    kesalahan pembentukan  kata

-      mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
-      menyetop seharusnya menstop
-      mensoal seharusnya menyoal
-      ilmiawan seharusnya ilmuwan
-      sejarawan seharusnya ahli sejarah

7.    pengaruh bahasa asing

-      Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
-      Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
-      Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)

8.    pengaruh bahasa daerah

-      … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
-      … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
-      Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin).
Literatur  :  http://shintaambarwaty.blogspot.com/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar